Penulis: Zuhdi Sang

Sastra dan Logika Ibnu Rushd

Dalam sanggahannya, Rushd antara lain meyakinkan bahwa teks kitab suci sebagai pedoman utama kebenaran agama tertuang dalam kualitas puitis dan retoris yang sangat tinggi, sementara filsafat merupakan jalan untuk mampu menghasilkan kebenaran yang rasional dan bisa diterima oleh akal pikiran manusia. Sehingga pemahaman rasional dan filosofis tersebut justru akan membantu kita dalam mengungkap dan menjelaskan kebenaran agama. Kesadaran akan kualitas teks kitab suci ini mengarahkan Rushd pada pentingnya kajian sastra demi menginterpretasinya dan menjelaskan kebenaran. Dalam konteks itulah gagasan kritis Aristoteles menjadi pijakan utama bagi kerja kritis Rushd.

Baca lebih lajut

Retorika Romawi: Panggung Masyarakat Kali Pertama

Dengan kata lain, filsafat dan retorika memiliki jalan yang berbeda ketika berhadapan dengan konsep kebenaran. Kebenaran retorik, meskipun harus didukung juga oleh filsafat dan ilmu pengetahuan, pada akhirnya tetap berada di tangan audiens sebagai hakim utamanya. Sementara audiens—atau saat ini bisa kita sebut sebagai masyarakat apresiator—yang memiliki kuasa besar untuk menilai kualitas orasi atau seorang orator juga tidak bisa terlepas dari konteks ruang dan waktunya. Maka kebenaran retorik itu pun bersifat kultural dan dengan demikian sangat relatif.

Baca lebih lajut