Neoklasik Prancis

Alam, konsep utama lain dari neoklasik, punya makna yang luas. Pertama, alam mengacu pada tatanan semesta yang harmonis dan hierarkis, termasuk hierarki sosial dan politik yang ada di dunia—bahwa segala sesuatu dikodratkan punya tempatnya masing-masing yang sesuai. Konsep ini juga bermakna sifat manusia (human nature) – yang pokok, tak lekang waktu, dan universal dalam pengalaman manusia. Karenanya, nature punya makna moral yang dalam – mencakup model tindakan yang diizinkan dan mengeksklusi tindakan yang “annatural”.

Baca lebih lajut

Mengangkat Puisi Berbahasa Inggris

Seni merupakan tatanan tertentu dari aturan yang dirumuskan oleh akal dan dikumpulkan dari pengalaman. Meski bahasa Inggris tidak memiliki kekuatan metriks puisi klasik yang didasarkan pada feet (kelompok suku kata yang membentuk unit metriks), tetapi kekurangan itu ditebus dengan kekayaan rima dan melodi. Karena itulah puisi berbahasa Inggris, kata Puttenham, bisa dikategorikan sebagai seni, sama seperti puisi berbahasa Latin atau Yunani.

Baca lebih lajut

Membela Puisi

Penyair hebat mampu memikul dua fungsi sekaligus. Ia menghadirkan gagasan umum dengan contoh khusus. Ia melukis sempurna pengetahuan mendalam filsuf dan menyajikannya dalam sebuah gambar yang oleh filsuf hanya disajikan dalam deskripsi kata-kata. Puisilah yang mampu menyentuh jiwa dan perasaan. Tanpa diterangi oleh fitur-fitur pelukisan yang dimiliki puisi, filsuf akan tetap berada dalam kegelapan. Puisilah yang menghidupkan nilai, kebajikan, dan semangat. Filsafat hanya dapat dibaca oleh segelintir orang berpendidikan, sedangkan puisi bisa menjangkau jauh lebih banyak khalayak. Dengan demikian, penyair merupakan seorang filsuf populer.

Baca lebih lajut

Vernakularisme Penyair Prancis

Kerja Du Bellay dan Ronsard dalam upaya memajukan bahasa vernakular mereka menunjukkan bahwa bahasa memainkan peran penting dalam kehidupan politik bangsanya. Inferioritas Prancis di hadapan Yunani klasik dan Romawi dapat diredakan salah satunya dengan punya kedaulatan untuk menggunakan bahasa vernakular mereka sendiri dan melahirkan karya-karya besar dalam bahasa itu. Dengan demikian, mereka bisa punya pengaruh yang besar pula dalam medan politik dan kebudayaannya.

Baca lebih lajut

Berhadapan dengan Warisan Klasik

Para pemikir Modern Awal memberi kita contoh yang menginspirasi. Mereka ‘bermain-main’ dengan warisan klasik dengan cara yang, bagi saya, menyenangkan. Mereka memuja sekaligus mengkritik, meniru sekaligus menambahi,  membuat isu-isu dalam tradisi klasik bergulir dengan campuran kepentingan untuk membela masa kini.

Baca lebih lajut

Melindungi Sastra dan Sang Ratu

Kritik De Pisan terhadap para pemikir di masa-masa sebelumnya, dari masa pagan hingga melewati era Kristianitas, dituliskan dalam karyanya yang paling besar berjudul The Book of the City of Ladies (1405). Karya ini mendapat sejumlah pengaruh, seperti dari Boccacio melalui karya berjudul Concerning Famous Women (1361), pengajaran linguistik dan alegoris Quintilian, St. Agustinus (bukunya City of God ditiru De Pisan), Hugh St. Victor, maupun Dante. Sejalan dengan Boccacio yang menghadirkan kembali mitos-mitos lama, karya ini menggambarkan usaha De Pisan dalam menuliskan ulang sejarah wanita melalui penghadiran kembali nama-nama tokoh perempuan dalam sejarah, baik pemikir maupun tokoh mitologis. Ia menarungkan berbagai nama, yakni nama yang menggambarkan wanita secara negatif, dengan nama yang dijadikan alegori kebesaran posisi wanita.

Baca lebih lajut
Pemuatan

Semua

Populer

Jalan Tengah Aristoteles

Pengaruh besar Aristoteles tersebut tentunya turut membangun tradisi kritik sastra pada masanya. Dengan adanya standar-standar (baik-buruk) yang disusun oleh Aristoteles, dimungkinkan adanya metode kritik yang lebih evaluatif atas karya sastra. Tidak hanya semata-mata menilai karya itu memiliki fungsi didaktis atau tidak, seperti yang dilakukan Plato. Rumusan standar penilaian oleh Aristoteles itu membuka peluang untuk menciptakan kritik yang lebih terukur dan punya dasar yang jelas.

Semua

Nilai Tertinggi

Retorika Romawi: Panggung Masyarakat Kali Pertama

Dengan kata lain, filsafat dan retorika memiliki jalan yang berbeda ketika berhadapan dengan konsep kebenaran. Kebenaran retorik, meskipun harus didukung juga oleh filsafat dan ilmu pengetahuan, pada akhirnya tetap berada di tangan audiens sebagai hakim utamanya. Sementara audiens—atau saat ini bisa kita sebut sebagai masyarakat apresiator—yang memiliki kuasa besar untuk menilai kualitas orasi atau seorang orator juga tidak bisa terlepas dari konteks ruang dan waktunya. Maka kebenaran retorik itu pun bersifat kultural dan dengan demikian sangat relatif.

Semua

Terbaru

Neoklasik Prancis

Alam, konsep utama lain dari neoklasik, punya makna yang luas. Pertama, alam mengacu pada tatanan semesta yang harmonis dan hierarkis, termasuk hierarki sosial dan politik yang ada di dunia—bahwa segala sesuatu dikodratkan punya tempatnya masing-masing yang sesuai. Konsep ini juga bermakna sifat manusia (human nature) – yang pokok, tak lekang waktu, dan universal dalam pengalaman manusia. Karenanya, nature punya makna moral yang dalam – mencakup model tindakan yang diizinkan dan mengeksklusi tindakan yang “annatural”.